Tensi 80

Pernahkah kalian merasakan ketika tubuh yang sangat kita cintai ini tidak lagi berpihak pada kita?
Keinginan membuncah, obsesi membumbung tinggi, semangat melejit, tapi kemampuan tidak ada. Itulah aku sekarang.
Rasanya seperti dikhianati oleh kekasih, atau bisa jadi lebih dari itu..
Sebab sakit ini bukan sakit biasa, luar dalam. Baru pernah aku sangat membenci sekantong plastik putih yang harus aku tenggak sehari tiga kali, segelas susu sebelum berangkat kuliah dan sebelum tidur, bahkan akupun muak pada sari roti yang aku gunakan untuk menyumpal obat yang menyumbat dikerongkongan.
Rasanya, wek pahiiit. Tapi sumpah! Lebih pahit lagi ketika aku dipaksa harus menjelma jadi anak manja yang wajib minum susu, tidur tepat waktu, gak boleh makan-makanan pedas, asam, dan berminyak, dan yang lebih parah lagi ketika aku diminta untuk mengosongkan pikiran. Karena itu adalah hal tersulit yang pernah aku coba.
Well, sejauh ini walaupun aku tidak suka, tapi aku masih melakukan semua ritual itu. Demi kesehatan dan semangatku tentunya. Bukan untuk yang lain.
To all my best friends…
Sejak seminggu yang lalu, aku merasa ada yang tidak beres dengan tubuhku. Awalnya aku mengira 50% nyawaku masih tertinggal di rumah, kemudian berbagai upaya aku lakukan untuk mengembalikan energiku yang 50%. Sebab aku gak betah dengan badan yang susah di ajak untuk bersemangat, maunya lemes terus. Hari berikutnya, keanehan mulai terjadi dikepalaku, dari pagi kuliah pukul 07.00 sampai selesai 16.00, waktu itu aku masih kuat untuk melanjutkan aktivitas sampai petang menjelang.
Tiga hari kemudian, aku masih belum bisa menyerah. Padahal badanku lemah tak berdaya, aku yakin andai kakiku ini bisa bicara, dia pasti sudah mencaci maki aku karena terus aku gunakan. Dan yang paling mungkin mengutuk aku adalah kepalaku, karena pusat dari kesakitanku ada dikepala, tapi aku benar-banar tidak bisa beristirahat dari aktifitas berpikir. Sudah sering aku coba istirahat sejenak untuk melupakan semuanya, pada saat yang sama justru sesuatu datang bertubi-tubi memenuhi kepalaku. Ada rangkaian cerita laki-laki penyapu jalan, Kugy si penulis dongeng, si Alat pencetak imajinasi, bukit Jambul yang pindah ke depan rumahku. Aggghhhh….semua itu imajinasi. Dan kadang aku lelah karenanya. Kadang aku bingung, apa ini suatu kelebihan yang patut disyukuri, atau sebaliknya. Yang pasti, aku sering merasa terganggu waktu istirahatku gara-gara waktu tidurku semalaman dihantui oleh imajinasi-imajinasi aneh.
Berkat teman-teman asrama yang begitu perhatian, aku dipaksa untuk pergi berobat. Dan pergilah aku ke poli umum, pemerikasaan dokter tidak menyebutkan ada indikasi penyakit apa-apa, hanya kelelahan dan pikiran yang menyebabkan sakit dikepala. Aku senang, dan mulai memperlakukan diriku sebagaimana mestinya, beraktivitas seperti biasa ketika aku sehat.
Tak ku duga, di kelas ada beberapa teman yang bilang aku pucat. Ya, terimakasih atas perhatianya, dan tidak memungkiri aku sedikit senang karena setidaknya ada teman yang tau bahwa aku sedikit tidak sehat waktu itu. But, dampaknya semangatku jadi ciut, aku jadi semakin lesu hanya karena ada yang bilang aku pucat. Sungguh, ini tidak bisa dibiarkan. Lalu aku putuskan untuk berlagak seperti biasa dan mencoba seenergik mungkin. Dan akibatnya, setelah pulang dari kampus, badanku serasa dipanggang tanpa minyak di atas kuali, tidak juga diberi siraman kecap. Alias panaaaaas, dan yang pasti tidak ketinggalan sensasi CETHARRR dikepalaku semakin menjadi-jadi. Ampuuuuuuuunnn…….aku kapok dengan kelakuanku sendiri.
Esoknya aku kembali lagi ke dokter, panasku masih tinggi, tenggorokan sakit dan sekali lagi kepalaku tersayang yang super sakit. Aku cek darah, karena dikhawatirkan kena demam berdarah, rasanya disuntik dan diambil darah buat sampel, hmmmm lumayan bikin aku merem sambil mringis. Tapi ternyata darahku baik-baik saja. Tensiku rendah, hanya 80, nah ini dia yang bikin aku selalu lesu. Kemudian diagnosa dokter aku terkena radang tenggorokan.
Dan selama beberapa hari kedepan, aku harus rela terbaring lemah di kasur dan hanya bisa memandang langit-langit dan dinding kamar.

2 thoughts on “Tensi 80

Tinggalkan komentar